Fisioterapi

Fisioterapi
kami disini sharing tentang dunia fisioterapi, kalau ada ilmu baru atau masukan bisa langsung komentar atau email, makasih

BAB IV PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP VO2 MAKS


PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAKS PADA PEGAWAI INDUSTRI KIMIA
PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi


Disusun oleh :
FRANSISKAHARUM OKTAVIANA
P 27226012 031

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2013


 
                                                                            BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Subyek Penelitian
            Penelitian ini bertempat di Industri Kimia CV. K.H. surabaya pada tanggal 11 Maret sampai 17 April 2013. Alasan mengambil subyek penelitian di industri ini karena banyaknya paparan zat kimia yang dialami oleh pekerja pabrik setiap harinya, lokasi industri yang berdekatan dengan tempat tinggal peneliti dan perijinan yang mudah. Sehingga subyek mudah untuk ditemui setiap harinya dalam rangka pendataan dan perlakuan serta subyek memenuhi kriteria sampel penelitian yang akan dilaksanakan sesuai inklusi dan eklusi.
            Subyek penelitian ini adalah para pegawai industri kimia CV. K.H. yang bekerja pada bidang produksi berumur 25 sampai 51 tahun. Jumlah pegawai adalah 15 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi penelitian berjumlah 10 orang, tidak ada kriteria drop out.
            Pengukurnya adalah seorang fisioterapis yang sudah diberikan pemahaman tentang prosedur pengukuran menggunakan 12 minutes run/walk test pada pegawai industri kimia, dan peneliti sendiri. Semua pengukur melakukan pengukuran sesuai dengan yang disepakati.
            Adapun beberapa hal mengenai karakteristik subyek secara umum dapat dilihat pada tabel – tabel di bawah ini. Jumlah subyek dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1.

TABEL 4.1
DISTRIBUSI DAN PROSENTASE JENIS KELAMIN

Jenis kelamin
Jumlah
Prosentase
Laki – laki
Perempuan
8
2
80%
20%
Jumlah
10
100%
              Sumber : data primer, 2013
              Dari tabel diatas dilihat bahwa jenis kelamin laki – laki 8 orang dan jenis kelamin perempuan 2 orang dengan presentase laki – laki 80% dan perempuan 20%.
            Mengenai usia dan tinggi badan serta berat badan, mean usia dan mean tinggi badan serta mean berat badan pada subyek penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 sedangkan mean ketiga karakteristik tersebut merupakan mean dari seluruh subyek penelitian.
TABEL 4.2
DISTRIBUSI MEAN DARI UMUR, BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN
Keterangan
N
Min.
Maks.
Mean
Stand.deviasi
Usia (th)
10
25
51
36,20
9,705
Berat Badan (kg)
10
58
80
67,80
6,408
Tinggi Badan (cm)
10
155
170
164,10
5,109
 
Sumber : data primer, 2013
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia minimum 25 tahun dan maksimum 51 tahun, dengan mean 36,20 dan standar deviasi9,705. Tinggi badan minimum 155 cm dan maksimum 170 cm dengan mean  164,10 dan standar deviasi 5,109. Berat baddan minimum 58 kg dan maksimum 80 kg dengan mean 67,80 dan standar deviasi 6,408.

B. Keadaan Awal Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur 12 minutes run/walk test. Sebelum diberikan perlakuan, dilakukan pengambilan data pre test dan post test. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
TABEL 4.3
HASIL VO2 MAKS SEBELUM DAN SESUDAH PERLAKUAN MENGGUNAKAN 12 MINUTES RUN/WALK TEST
Nama subjek
Nilai VO2 maks sebelum perlakuan  
Nilai VO2 maks sesudah perlakuan
1
24,161
26,742
2
13,298
13,756
3
18,037
25,512
4
18,931
20,037
5
20,652
23,389
6
9,453
10,392
7
22,239
25,647
8
23,133
27,927
9
11,063
11,287
10
13,298
13,745

 
Setelah mengetahui hasil VO2 maks sebelum dan sesudah perlakuan maka dilakukan pengukuran hasil dari mean data sebelum dan sesudah perlakuan senam asma dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.
TABEL 4.4
KARAKTERISTIK HASIL PRE DAN POST TEST SEBELUM DAN SESUDAH PERLAKUAN MENGGUNAKAN 12 MINUTES RUN/WALK TEST
Keterangan
N
Min.
Maks.
Mean
Std. D
Hasil VO2 maks sebelum perlakuan (mlO2/kg/min)
10
9,454
24,161
1,7426
5,294250
Hasil VO2 maks sesudah perlakuan (mlO2/kg/min)
10
10,392
27,927
1,9943
6,997341
Valid N
10




Sumber : data primer, 2013
Dari tabel diatas didapatkan hasil pengukuran yang menggambarkan keadaan awal subjek sebelum perlakuan dengan senam asma (n = 10) nilai minimum VO2 maks adalah 9,454 dan nilai maksimum adalah 24,161, nilai mean 1,7426 dengan standar deviasinya 5,294250.
Keadaan subyek setelah perlakuan, dilakukan pengambilan data post test. Hasil pengukuran yang menggambarkan keadaan subyek setelah perlakuan senam asma menggunakan 12 minutes run/walk test mempunyai nilai minimum 10,392 dan maksimum 27,927, nilai mean 1,9943 dengan standar deviasi 6,997341.





 
 
C. Analisis Data

1.      Uji normalitas data

Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Menurut Dahlan, 2004 pada uji normalitas, karena jumlah sampel kecil (n < 50) maka dianjurkan menggunakan menggunakan Saphiro-wilk. Dari pernyataan tersebut, peneliti menggunakan Saphiro-wilk sebagai uji normalitas, karena jumlah subyek kurang dari 50 (n = 10). Hasil analisa statistik dapat dilihat pada tabel 4.5.
TABEL 4.5
NORMALITAS DATA MENGGUNAKAN SAPHIRO-WILK
Karakteristik
N
Saphiro - wilk
Keterangan
Hasil VO2 maks sebelum dan sesudah senam Asma
10
0,388
Normal
Sumber : data primer, 2013
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian dengan Saphiro-wilk didapatkan hasil nilai 12 minutes run/walk test sebelum dan sesudah senam Asma adalah 0,388. Dengan melihat hasil uji normalitas menggunakan Saphiro-wilk, diperoleh hasil nilai kemaknaan p>0,05 maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal,  karena syarat data sudah terbukti berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang dipergunakan adalah sample paired t test (Dahlan, 2004).




 
 


2. Uji hipotesis


Berdasarkan hasil uji normalitas data penelitian pengaruh senam asma terhadap peningkatan VO2 maks pada pegawai industri kimia sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan alat ukur 12 minutes run/walk test dengan Saphiro-wilk terlihat p>0,05 maka uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan paired sample t test. Hasil pengukuran menggunakan paired sample t test dapat dilihat pada tabel 4.6
TABEL 4.6
HASIL PAIRED SAMPLE T TEST VO2 MAKS
Karakteristik
N
Sig.
Hasil VO2 maks sebelum dan sesudah perlakuan
10
0,009
Sumber : data primer, 2013
Dari tabel diatas pada kolom ke tiga diperoleh nilai significancy p = 0,009 (p < 0,05), artinya terdapat perbedaan rerata nilai VO2 maks yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan senam asma.  

D. Pembahasan
 

 
Penyakit paru akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh material berbahaya dalam pekerjaan atau lingkungan kerja yang membawa dampak besar terhadap kesehatan pekerja terutama paru. Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia (man made disease). Faktor resiko penyakit paru di tempat kerja bersumber dari bahan baku, bahan sampingan proses produksi, produk atau limbah. Material berbahaya bagi kesehatan paru dapat berupa debu/partikel, gas, uap, atau fume. Gejalanya dapat bervariasi mulai  batuk sampai sesak dan tidak dapat bernapas dapat ditemui pada penyakit paru akibat kerja jika paparan melalui inhalasi udara di tempat kerja tidak dikendalikan (Kurniawidjaja, 2010).
Ditinjau dari manfaat dan fungsi dari senam asma sendiri yang dapat meningkatkan volume oksigen maksimum dalam paru-paru dan kebugaran seseorang penderita asma, maka dalam kesempatan ini peneliti ingin mengangkat senam asma sebagai tindakan untuk meningkatkan nilai fungsional paru-paru pada pekerja industri kimia serta meninjau manfaatnya terhadap peningkatan volume oksigen maksimum pada pekerja industri kimia. Topik tersebut menarik untuk diteliti karena selama ini belum ada yang membuktikan bahwa senam asma dapat bermanfaat untuk kesehatan paru-paru pekerja industri kimia yang kebanyakan menderita penyakit paru. Bila terjadi peningkatan volume oksigen maksimal dalam paru-paru maka para buruh akan merasa lebih sehat dan bugar, sehingga diharapkan dapat lebih berkonsentrasi dalam bekerja.

 
Dari keadaan diatas maka dilakukan penelitian ini yang menggunakan qoosi eksperimental dengan menggunakan rancangan one grup pre test and post test design dengan tujuannya untuk mengetahui manfaat senam asma terhadap peningkatan VO2 maks pada para pegawai pabrik kimia yang diberikan latihan senam asma dengan frekuansi 3 kali seminggu selama 6 minggu.
Uji statistik untuk membandingkan 2 sampel menggunakan paired sample t test. Dalam uji hipotesa tersebut didapatkan hasil ada perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan karena nilai probabilitasnya sama dengan 0,009 atau p<0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti pemberian senam asma 3 kali seminggu selama 6 minggu dalam waktu 60 menit setiap kali perlakuan memberikan manfaat terhadap peningkatan VO2 maks. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Gormley et al pada 61 dewasa muda tentang efek aerobik atau latihan fisik terhadap peningkatan VO2 maks secara lebih signifikan dengan nilai p<0,05 (Gormley, 2008) bahwa dengan berlatih fisik, maka VO2 maks dapat mengalami peningkatan dan dapat membuat tubuh semakin banyak tersuplai oksigen sehingga kebugaran tubuh akan tercipta.
Hal senada juga diucapkan oleh Ditha Diana et al, dengan judul Low Physical Activity and other Risk Factor Increased the Risk of Poor Physical Fitness in Cement Workers. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dengan aktivitas tinggi akan dapat mengurangi berbagai resiko penyakit dan dapat meningkatkan kebugaran jasmani para pekerja. Bahwa pekerja dengan tingkat aktivitas fisik rendah perlu melakukan latihan fisik (Diana et al, 2008).
 
Menurut Wiessman dalam Kuntaraf, 2004, kita dapat memperbaiki VO2 maksimal dengan olahraga atau latihan. Dengan latihan daya tahan yang sistematis, akan memperbaiki konsumsi oksigen maksimal dari 5% sampai 25%. Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks (Sistematis dan Metodis). Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki usia 65-74 tahun dapat meningkatkan VO2 maksimal sekitar 18% setelah berolahraga secara teratur selama 6 bulan.
TABEL 4.7
TABEL HASIL BEDA RERATA SEBELUM DAN SESUDAH
Umur
Hasil rerata sebelum perlakuan
Hasil rerata sesudah perlakuan
Selisih rerata sebelum dan sesudah
25 - 35
18,536
20,917
2,381
36 - 45
19,3445
24,451
5,1065
46 – 51
12,1805
12,516
0,3355

Menurut tabel diatas ditemukan umur 25 sampai 35 rerata nilai VO2 maks sebelum perlakuan adalah 18,536 sedangkan sesudah perlakuan sebesar 20,917, umur 36 sampai 45 hasil rerata nilai VO2 maks sebelum perlakuan 19,3445 sesudah 24,451, dan yang berumur 46 sampai 51 mempunyai nilai rerata VO2 maks sebelum perlakuan sebesar 12,1805 dan sesudah 12,516. Sedangkan selisih hasil sebelum dan sesudah pada umur 25 sampai 35 adalah 2,381, umur 36 sampai 45 adalah 5,1065 dan 46 sampai 51 adalah 0,3355. 
 Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai VO2 maks antara subyek yang berumur 25 sampai 45 tahun dengan yang berumur 46 sampai 51 tahun. Hal ini mungkin dikarenakan metabolisme tubuh sudah mengalami penurunan. Namun secara garis besar masih terbukti dalam penelitian ini bahwa dalam kurun waktu 6 minggu dengan latihan rutin selama 3 kali seminggu dapat meningkatkan VO2 maks dengan hasil uji statistik yang signifikan.



 
 
E.     Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah (1) jumlah subyek yang terlalu sedikit (2) tidak ada kelompok kontrol yang menjadi perbandingan sehingga hasil peningkatan VO2 maks belum dapat digeneralisasikan (3) waktu penelitian yang singkat.  

       
  









 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar