PENGARUH SENAM KESEGARAN JASMANI (SKJ)
TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK PADA USIA 8-9 TAHUN
SKRIPSI
Untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi
Diajukan
oleh :
Rr
Bhyanti Acathya Putri
Syafarina
P
27226012049
PROGRAM
STUDI DIPLOMA IV TRANSFER FISIOTERAPI
JURUSAN
FISIOTERAPI
POLITEKNIK
KESEHATAN SURAKARTA
2013
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Keseimbangan
1. Definisi
Keseimbangan
adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan
faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang
dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain
bergerak
(Irfan, 2009)
2. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
a. Sistem informasi sensoris
1.) Visual
Visual memegang peran penting dalam
sistem sensoris. Cratty dan Martin
(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata
akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan
keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau
dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan
dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk
mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai
jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh
dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan
aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
2.)
Sistem
vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem
sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak
bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan
sudut. Melalui reflek vestibulo-occular,
mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak.
Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular
tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan input dari reseptor labyrinth, retikular
formasi, dan serebelum. Keluaran output
dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,
terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot
pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular
bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh
dengan mengontrol otot-otot postural.
3.)
Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari
taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi
disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar
masukan (input) proprioseptif menuju
serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis
dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai
bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat
indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf
yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini
dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks
menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
b. Respon otot-otot postural
yang sinergis (Postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang
sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan
postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai
gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan
jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti
bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap
otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.
c. Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan
dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari
adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan
sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal
force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem
saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak
serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan
otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta
pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya
dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot
untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus
menerus mempengaruhi posisi tubuh.
d. Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi
input sensoris dan keluaran motorik (output)
ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
e. Lingkup gerak sendi (joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak
tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan
keseimbangan yang tinggi.
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keseimbangan
a. Pusat gravitasi
(center of gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua
obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut.
Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa
tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh
dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan
arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah
tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi
oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang
tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta
berat badan.
b. Garis gravitasi (line of gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis
imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi.
Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah
menentukan derajat stabilitas tubuh.
c. Bidang tumpu
(base of support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang
berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di
bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari
luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi
stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding
berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi,
maka stabilitas tubuh makin tinggi (irfan, 2009).
4. Keseimbangan pada anak usia 8-9 tahun
Masa anak-anak merupakan
masa tumbuh kembang yang paling cepat, sehingga diperlukan wahana pendukung
berupa aktivitas jasmani yang tepat sesuai dengan usia, kondisi, dan karakter
masa anak-anak. Tujuannya agar aktivitas jasmani tersebut mampu memberikan
akselerasi proses pertumbuhan dan perkembangan secara normal (Sukadiyanto,
2005)
a.
Kemampuan motorik anak usia 8-9 tahun
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih
halus dan lebih terkoordinasi
dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari
dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk
memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk
permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas
permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Pada anak Usia 8 – 9 tahun, kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat sehingga anak menyukai banyak aktifitas dan hal baru, ketrampilan
lebih individual, ingin terlibat dalam sesuatu aktifitas untuk mencoba banyak hal, menyukai kelompok
dan mode, mencari teman secara
aktif. Sehingga kemampuan motorik anak disini
harus terkoordinasi secara baik dan seimbang (Mayah, 2010)
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu (1) kematangan,
sebagai hasil perkembangan susunan syaraf, (2) pengalaman, yaitu hubungan timbal
balik antara orgnisme dengan dunianya, (3) interaksi sosial, yaitu
pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan (4) ekuilibrasi,
yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur
dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Piaget membagi perkembangan kognitif
anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih
seiring pertambahan usia:
1.)
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap
ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori
(koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya,
ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan
selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat
kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari
tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat
perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu
konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai
mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai
bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
2.)
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan
untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak lebih
banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga
jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya
berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum
memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang,
kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, ciri-ciri anak pada tahap ini
belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara
bersamaan.
3.)
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Pada umumnya anak-anak pada tahap
ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda benda konkrit. Kemampuan
ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk
mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang
yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini
(karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di
hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.
4.)
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai
dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu
melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan
logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu
bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah
memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
b. Ciri – cirri keseimbangan anak usia 8-9 tahun
Anak pada umur
6-10 tahun umumnya mengalami peningkatan
keseimbangan dinamik, tetapi umur 12-14 tahun hanya sedikit peningkatannya. Pada usia 7-9 tahun
perkembangan keseimbangan mulai melambat pada anak laki – laki sedangkan pada
usia 8-10 tahun pada anak perempuan.
Sedangkan
untuk keseimbangan statik tetap ada meningkatan keseimbangan walaupun tidak
terlalu signifikan baik pada laki – laki dan perempuan. Dengan
keseimbangan anak akan dapat melakukan aktifitas sehari – hari seperti membantu
pekerjaan rumah, mengurangi resiko cedera saat bermain, dan dapat melakukan
aktifitas sehari – hari dengan rasa aman. Pada usia ini anak – anak mampu melompat
dengan kaki secara bergantian, mampu mengendarai sepeda roda dua, kecepatan dan
kehalusan motorik meningkat (Budiman, 2001).
Keseimbangan
statis pada anak usia ini akan terganggu dengan mata tertutup daripada mata
terbuka dan laki – laki lebih buruk keseimbangannya daripada perempuan apabila
mata tertutup, tetapi apabila mata terbuka keseimbangan pada usia ini baik laki
– laki maupun perempuan tudak di temukan perbedaan (humphriss et all, 2010). Keseimbangan
statis pada usia anak 8 – 9 tahun tidak di temukan perbedaan ( geldhof et all,
2006). Menurut hatzitaki (2001) persepsi terhadap gerak / perceptual motor
memberikan kontribusi terhadap keseimbangan baik statis maupun dinamis terhadap
anak.
B.
Senam
Kesegaran Jasmani
Senam
Kesegaran Jasmani atau sering disingkat dengan SKJ merupakan senam masal yang
diwajibkan oleh pemerintah Indonesia. Senam ini biasanya diiringi oleh lagu
berirama dari berbagai propinsi yang diaransemen ulang dan biasanya dilakukan
oleh sekelompok peserta besar. SKJ biasa dilakukan di tempat-tempat umum di
Indonesia di hari-hari tertentu dalam satu minggu, yaitu hari Jumat pagi. Senam
ini beserta musik yang mengiringinya menjadi sangat populer di tahun 80-an dan
90-an saat masa pemerintahan Orde Baru. Senam kesegaran jasmani ini juga sekarang merupakan
salah satu kegiatan wajib yang dilakukan anak – anak sekolah dasar.
1. Manfaat senam
kesegaran jasmani
Manfaat senam kesegaran jasmani banyak manfaatnya yaitu (1) dapat
membakar lemak yang berlebihan di tubuh, meninkatkan daya tahan jantung dan
paru, memperbaiki penampilan karena setiap gerakan dibuat untuk menguatkan,
mengencangkan, dan membentuk otot beberapa bagian tubuh tertentu, antara lain
pinggul, paha, pinggang, perut, dada, punggung, lengan dan kaki, (2) jika
berlatih dengan intensitas tinggi, senam kesegaran jasmani ini dapat menjadi
suatu program penurunan berat badan, (3) jika berlatih dengan ringan, terutama
bagi yang bertubuh langsing atau kurus, skj dapat meningkatkan nafsu makan, (4)
senam kesegaran jasmani dapat digunakan untuk pencegahan masuknya penyakit –
penyakit yang akan menyerang tubuh, karena system tubuh dalam keadaan baik, (5)
melalui senam kesegaran jasmani dapaat diperoleh peningkatan keseimbangan,
koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan kegiatan – kegiatan
atau olahraga lainnya (Muhajir, 2007).
2. Sistematika
latihan
Sistematika
latihan ini dilakukan selama 6 minggu, frekwensi 3 kali seminggu, dan rangkaian
instrument tersebut adalah sebagai berikut :
a. Latihan
pemanasan, terdiri dari 8 gerakan dengan 37 x 8 hitungan yaitu
(1) Gerakan pemanasan I terdiri dari gerakan kaki
yaitu jalan di tempat dengan ketinggian kaki ± 10 cm. Tujuan gerakan tersebut
adalah melatih keseimbangan tubuh. Gerakan ini dilakukan dengan 1 x 8 hitungan.
(2) Gerakan pemanasan II terdiri dari gerakan kepala
dan leher. Tujuan gerakan tersebut adalah melatih,menguatkan dan merilekskan
otot dan sendi pada leher Gerakan ini dilakukan dengan 6 x 8 hitungan.
(3) Gerakan pemanasan III terdiri dari gerakan bahu.
Tujuan dari gerakan tersebut adalah untuk melatih dan merilekskan otot bahu.
Gerakan ini dilakukan dengan 4 x 8 hitungan.
(4) Gerakan pemanasan IV terdiri dari gerakan lengan
dan punggung atas. Tujuan dri gerakan tersebut adalah untuk melatih dan
merilekskan otot lengan dan punggung atas. Gerakan ini dilakukan dengan 4 x 8
hitungan.
(5) Gerakan pemanasan V terdiri dari gerakan tekuk
lengan dan kaki kiri bertumpu pada tumit. Tujuan gerakan tersebut adalah
melatih dan merilekskan otot lengan dan melatih keseimbangan. Gerakan ini
dilakukan dengan 4 x 8 hitungan.
(6) Gerakan pemanasan VI terdiri dari gerakan lengan, bahu,
dada dan tungkai. Tujuan dari gerakan ini adalah melatih dan merileksasikan
otot bahu, lengan, tungkai dan melatih keseimbangan. Gerakan ini dilakukan
dengan 4 x 8 hitungan.
(7) Gerakan pemanasan VII terdiri atas gerakan
peregangan otot samping badan. Tujuan dari gerakan ini adalah meregangkan otot
– otot lengan, bahu, pergelangan tangan, sisi badan dan lutut. Gerakan ini
dilakukan dengan 6 x 8 hitungan.
(8) Gerakan pemanasan VIII terdiri atas gerakan
peregangan statis. Tujuan dari pergerakan ini adalah meregangkan otot – otot
lengan, bahu, pergelangan tangan, sisi badan, dan tungkai. Gerakan ini
dilakukan dengan 8 x 8 hitungan.
b.
Latihan inti,
terdiri dari gerakan peralihan dan 5 gerakan inti dengan 22 x 8 hitungan yaitu
(1)
Gerakan
peralihan terdiri dari gerakan kombinasi yaitu gerakan jalan, tepuk tangan, dan
maju mundur. Tujuan gerakan ini adalah melatih koordinasi gerak tangan dan kaki.
Gerakan ini dilakukan dengan 2 x 8 hitungan.
(2)
Gerakan inti I
terdiri dari gerakan meluruskan dan menekuk lengan. Tujuan dari gerakan ini
adalah menguatkan otot lengan, meningkatkan stamina atau daya tahan . Gerakan
ini dilakukan dengan 4 x 8 hitungan.
(3)
Gerakan inti II terdiri dari gerakan memanah,
mengayun lengan dan mengangkat kaki. Tujuan gerakan ini adalah penguatan otot
lengan, dada dan melatih keseimbangan. Gerakan ini dilakukan dengan 4 x 8
hitungan.
(4)
Gerakan inti III terdiri dari gerakan meluruskan
dan menarik lengan. Tujuan dari gerakan tersebut adalah penguatan otot lengan
dan dada. Gerakan ini dilakukan dengan 4 x 8 hitungan.
(5)
Gerakan inti IV
terdiri dari gerakan koordinasi tangan dan kaki. Tujuan dari gerakan tersebut
adalah melatih koordinasi tangan dan kaki. Gerakan ini dilakukan dengan 4 x 8
hitungan.
(6)
Gerakan inti V
terdiri dari gerakan mambo (cha-cha) yaitu maju serta ayun lengan ke atas, ke
depan, dan ke samping. Tujuan dari gerakan ini adalah penguatan otot tungkai,
dada, lengan. Gerakan ini dilakukan dengan 4 x 8 hitungan.
c.
Gerakan
pendinginan, terdiri dari 4 gerakan dengan 20 x 8 hitungan, yaitu
(1)
Gerakan
pendinginan I dan II terdiri dari gerakan peregangan dinamis. Tujuan dari
gerakan tersebut adalah melenturkan otot – otot lengan, pergelangan tangan,
sisis badan dan kaki. Gerakan pendinginan I ini dilakukan dengan 8 x 8
hitungan. Sedangkan gerakan pendinginan II ini dilakukan dengan 2 x 8 hitungan.
(2)
Gerakan pendinginan
III terdiri dari gerakan peregangan statis. Tujuan dari gerakan tersebut
adalah melenturkan otot – otot lengan,
punggung, dan kaki. Gerakan pendinginan III ini dilakukan dengan 8 x 8
hitungan.
(3)
Gerakan
pendinginan IV terdiri dari gerakan relaksasi. Tujuan gerakan tersebut adalah
untuk merileksasikan otot – otot lengan. Gerakan pendinginan IV ini dilakukan
dengan 2 x 8 hitungan
3. Mekanisme keseimbangan
pada senam kesegaran jasmani.
Di dalam senam kesegaran
jasmani banyak berbagai gerakan dari gerakan pemanasan, inti dan pendinginan.
Di setiap gerakan yang ada di dalam senam kesegaran jasmani mempunyai tujuan
sendiri – sendiri. Pada rangkaian senam ada gerakan – gerakan berupa mengangkat
kaki secara bergantian seperti jalan di tempat, kaki bertumpu pada tumit,
gerakan pada lengan, dan tungkai, memanah dan mengangkat kaki. Gerakan tersebut
dapat melatih keseimbangan anak sehingga anak dapat lebih seimbang dalam
aktifitas sehari – hari. Selain itu ada beberapa gerakan yang dapat
meningkatkan kekuatan otot, apabila kekuatan otot pada anak meningkat maka
keseimbangan juga akan meningkat. Di dalam senam kesegaran jasmani ini
mengkombinasikan antara music dan gerakan, karena dalam keseimbangan ada
komponen pengontrol berupa visual dan vestibular yang perlu dilatih dan
komponen tersebut berfungsi membantu anak agar tetap fokus untuk mempertahankan
keseimbangannya
C.
Penelitian
yang Relevan
Penelitian
terdahulu dilakukan oleh Muslichatun
(2005). Judul penelitian Perbandingan Frekuensi Latihan Kesegaran Jasmani Usia
Sekolah Dasar Antara Tiga Kali dan Empat Kali dalam Satu Minggu Terhadap
Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putri Kelas VI SD Negeri Gunungpati 4 dan
Nongkosawit Tahun Ajaran 2004/2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui atau membuktikan pada program latihan senam kesegaran jasmani usia
sekolah dasar manakah yang lebih efektif antara frekuensi tiga kali dan empat
kali dalam seminggu terhadap tingkat kesegaran jasmani. Penelitian ini
dilakukan dengan jumlah sample sebanyak 40 siswa yang terdiri dari 28 siswa SD
Negeri Gunungpati 4 dan 12 siswa SD Negeri Nongkosawit. Sampel di bagi menjadi
2 kelompok eksperimen dengan perlakuan senam kesegaran jasmani usia SD menggunakan
frekuensi empat kali dalam satu minggu dan kelompok control dengan perlakuan
senam kesegaran jasmani usia sekolah dasar menggunakan frekuensi tiga kali
dalam satu minggu. Peneliti ini menyimpulkan bahwa pengaruh latihan senam
kesegaran jasmani usia sekolah dasar yang melaksanakan dengan freuensi empat
kali dalam satu minggu lebih baik dibandingkan dengan pengaruh latihan senam
kesegaran jasmani usia sekolah dasar yang dilaksanakan tiga kali dalam satu
minggu.
Mohd. Ridha Syahputra
(2010). Dengan judul penelitian
Pengaruh Senam
Kesehatan Jasmani terhadap Keseimbangan anak usia
11-12 tahun (kelas 5-6 sekolah dasar). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh senam kesegaran jasmani terhadap keseimbangan pada anak
usia sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel 20 orang. Peneliti ini
menyimpulkan bahwa senam kesegaran jasmani berpengaruh terhadap keseimbangan
anak usia sekolah dasar. Dengan nilai p
value = 0,000 ( p<0,05) yang berarti menunjukan perbedaan yang signifikan.
Perbedaan
penelitian di atas dengan penelitian penulis saat ini adalah (1) subyek dan
tempat penelitian, (2) jumlah sampel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya,
(3) peneliti melakukan pengukuran keseimbangan dengan menggunakan Balance
Beam Test, (4) frekuensi yang berbeda
dengan peneliti sebelumnya yaitu 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu.
D.
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Keterangan
gambar 2.1
Keseimbangan di kontrol oleh beberapa komponen yaitu, sistem informasi sensoris,
respon otot-otot postural, kekuatan otot, adaptive
system, lingkup gerak sendi. Keseimbangan pengaruhi oleh pusat
gravitasi (center
of gravity-COG), garis
gravitasi (line of
gravity-LOL), bidang tumpu (base of support-BOS) dalam mempertahankan
keseimbangan tersebut. Anak usia 8-9 tahun masih membutuhkan keseimbangan yang lebih baik untuk
menyiapkan perkembangan motorik kedepan. Maka diberikan senam kesegaran
jasmani,dengan di berikannya senam kesegaran jasmani di harapkan nantinya
keseimbangan anak pada usia 8-9 tahun dapat meningkat.
E.
Kerangka
Konsep
|
|
||||||||||
|
||||||||||
|
||||||||||
Gambar
2.2 kerangka konsep
Keterangan
gambar 2.2 kerangka konsep
Pada
gambar 2.2 di atas menjelaskan bahwa subjek penelitian yang masuk dalam
criteria inklusi lalu diberikan perlakuan berupa senam kesegaran jasmani dan ada
kelompok kontrol berupa aktivitas sehari – hari dan aktivitas bermain, setelah
rangkain perlakuan selesai keseimbangan pada subyek yang diberikan perlakuan
kesegaran jasmani di bandingkan dengan subyek kelompok kontrol yang tidak
diberikan perlakuan. Selama perlakuan berlangsung ada faktor yang dapat di
kendalikan oleh peneliti yaitu frekuensi pemberian perlakuan berupa senam
kesegaran jasmani dan ada faktor yang tidak dapat di kendalikan oleh peneliti
yaitu motivasi, aktifitas dan nutrisi dari subjek.
F.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh senam kesegaran jasmani terhadap peningkatan keseimbangan
pada anak usia 8 – 9 tahun.
hay salam fisioterapi...
BalasHapusmaaf nih ganggu...
ini saya mau nyusun kerangka berpikir sama konsep agak kacao...boleh ambil dari kmu ndak...
kirim ke email ini ndak...
makasih...