PENGARUH
SENAM ASMA TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAKS PADA PEGAWAI INDUSTRI KIMIA
PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi
Disusun oleh :
FRANSISKAHARUM OKTAVIANA
P 27226012 031
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kesehatan kerja adalah aplikasi
kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan
sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat
pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut (Notoatmodjo, 2007). Program
Perlindungan Kesehatan Respirasi (PPKR) merupakan upaya komprehensif yang
bertujuan untuk menurunkan bahkan menghilangkan resiko penyakit paru akibat
pajanan material berbahaya bagi kesehatan di dunia usaha dan dunia kerja
(Kurniawidjaja, 2010).
Penyakit paru akibat kerja adalah
beberapa kumpulan penyakit yang disebabkan oleh paparan secara luas dan
berulang yang bersifat mengiritasi dan mengandung zat-zat beracun seperti debu,
gas, asap atau uap yang terhirup oleh pekerja di tempat kerja. Penyebab
penyakit ini adalah tunggal dan hanya dijumpai di tempat kerja yang dapat
mengakibatkan penyakit paru akut maupun kronik. Perusahaan swasta menyebutkan
sekitar 14.800 kasus disebabkan oleh penyakit paru akibat kerja. Sedangkan
perusahaan di bawah naungan pemerintah menyebutkan bahwa sekitar 7.800 pekerja
menderita penyakit yang sama (American
Lung Association, 2010).
Material yang berbahaya atau faktor
resiko penyakit paru di tempat kerja bersumber dari bahan baku, bahan
sampingan, proses produksi, produk atau limbah, material berbahaya bagi
kesehatan paru dapat berbentuk debu atau partikulat, gas, uap dan fume, berupa bahan organik atau
anorganik, yang berasal dari alam atau buatan / Man Made Fiber (MMF). Pekerja terpajan melalui inhalasi udara di
tempat kerja, maka bila faktor resiko ini tidak dikendalikan, Penyakit Paru
Akibat Kerja (PPAK) dapat timbul dengan gejala yang bervariasi yaitu dari
ringan, hanya batuk-batuk sampai sesak tidak dapat bernapas dengan segala
konsekuensinya (Kurniawidjaja, 2010).
Sistem pernapasan khususnya merupakan
jalur masuk toksikan yang utama, karena permukaannya yang luas kontak dengan
udara luar, aliran darah yang tinggi dan epitel alveol yang sangat tipis
(Kurniawidjaja 2010). Salah satu penyakit respirasi atau paru-paru akibat kerja
adalah asma, 15% dari penyakit asma di dunia diakibatkan karena pajanan
material berbahaya. Di Eropa, kasus baru pneumokoniosis
masih bermunculan bahkan pada mantan pekerja yang sudah lama tidak aktif lagi.
Di Amerika, The National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH) memperkirakan bahwa angka kematian
yang terkait dengan Penyakit Paru Akibat Kerja (PPAK) sekitar 70% dari total
kematian akibat kerja (NIOSH, 1999). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 30% dari
penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dan penderita asma dewasa
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja (WHO, 2007).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ghasemkani et al menunjukkan bahwa para pekerja industri kimia kebanyakan
mempunyai gejala – gejala penyakit paru setelah terpapar oleh gas – gas
berbahaya dalam proses produksinya. Presentasi tersebut sebagai berikut, batuk
(20,7%), dyspnea (41,7%), keterbatasan dari sangkar thoraks (27,4%), dan
iritasi hidung (23,5%) (Gasemkani et al 2005). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Koenig et al menunjukan bahwa nilai fungsional paru mengalami
penurunan sebanyak 6% setelah terpapar oleh senyawa kimia berbahaya selama 40
menit (Koenig et al, 1989).
Menurut International Labour Organisation (ILO) tiap tahun terjadi
1.100.000 kematian akibat kerja, sedangkan menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) yang
melibatkan 10.000 orang dengan rentang umur 30 – 75 tahun menunjukkan penyakit
saluran nafas disebabkan oleh kerja adalah 19,2% secara keseluruhan (Hnizdo,
2002).
Kehidupan bisnis modern saat ini
menuntut stamina yang prima dari para pelakunya, karena mereka harus bekerja
dengan ritme kerja yang cepat, jadwal ketat dan tidak teratur, perubahan
rencana yang tidak terduga, dan jam kerja yang panjang. Situasi dan kondisi
kerja semacam ini menimbulkan stress kerja yang dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit termasuk diantaranya masalah pada respirasi. Penyakit tersebut
membutuhkan waktu penyembuhan dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu
penderita juga terpaksa tidak masuk kerja, sehingga kerugian ganda akan
diderita oleh karyawan maupun perusahaan. Suatu program kebugaran jasmani,
selain akan meningkatkan status kebugaran juga akan menambah semangat kerja,
mencegah berbagai macam penyakit, menghilangkan ketegangan, menambah rasa
percaya diri, membentuk jiwa sportif, dan daya tahan tubuh para pekerja akan
meningkat (Kushartanti, 2009). Negara bagian Texas mengeluarkan undang-undang tentang State Employ Health Fitness and Education
tahun 1983. Undang-undang itu dibuat dengan tujuan mengurangi biaya
pemeliharaan kesehatan yang selalu meningkat, mengurangi jumlah karyawan yang
absen dari pekerjaan, mengurangi ketidakmampuan (cedera) dan biaya kompensasinya,
meningkatkan semangat kerja dan produktivitas (Haydon, 1986).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Gormley pada 61 dewasa muda tentang efek yang senam aerobik terhadap
peningkatan VO2 maks menunjukkan bahwa dengan latihan yang dilakukan
selama 4 sampai 6 minggu dengan durasi 40 sampai 60 menit dapat meningkatkan VO2
maks secara lebih signifikan dengan nilai ( p ) kurang dari 0,05 ( P<0,05 ).
(Gormley, 2008). Dengan segala
konsekuensi seperti tersebut diatas, peneliti ingin mengangkat senam asma
sebagai tindakan untuk menambah kebugaran pegawai industri kimia sehingga
dengan semakin bugar diharapkan para pekerja bisa tetap sehat.
Senam asma sendiri adalah senam yang
ditujukan untuk para penderita asma. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat
senam pada penderita asma, penderita yang melakukan senam secara teratur dalam
kurun waktu kurang lebih dua bulan mendapatkan beberapa manfaat, antara lain
pengurangan frekuensi serangan, pengurangan pemakaian obat, gejala asma menjadi
ringan dan terdapat peningkatan volume paru – paru seseorang dalam mengkonsumsi
oksigen secara maksimal selama melakukan latihan atau olahraga yang intensif
yang biasa disebut dengan VO2 maksimal (Yayasan Asma Indonesia,
2003).
Volume seseorang dalam mengkonsumsi oksigen
dan kapasitas maksimum oksigen saat latihan dapat dipakai sebagai pengukuran
tingkat kebugaran seseorang. Kebugaran
jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja sehari-hari
secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga masih dapat
menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani dikelompokkan dalam 3 bagian,
yaitu: (1) Kebugaran statis dalam arti keadaan seseorang yang bebas dari
penyakit, (2) kebugaran dinamis dalam arti kemampuan untuk bekerja secara
efisien, (3) kebugaran motoris dalam arti kemampuan untuk melakukan kerja
dengan ketrampilan tinggi dan efisien. Dari definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa orang sehat belum tentu bugar, sedangkan orang bugar
semestinya sehat (Kushartati, 2009).
Ditinjau dari manfaat dan fungsi dari senam asma
sendiri yang dapat meningkatkan volume oksigen maksimum dalam paru-paru dan
kebugaran seseorang penderita asma, maka dalam kesempatan ini peneliti ingin
mengangkat senam asma sebagai tindakan untuk meningkatkan nilai fungsional
paru-paru pada pekerja industri kimia serta meninjau manfaatnya terhadap
peningkatan volume oksigen maksimum pada pekerja industri kimia. Topik tersebut
menarik untuk diteliti karena selama ini belum ada yang membuktikan bahwa senam
asma dapat bermanfaat untuk kesehatan paru-paru pekerja industri kimia yang
kebanyakan menderita penyakit paru. Bila terjadi peningkatan volume oksigen
maksimal dalam paru-paru maka para buruh akan merasa lebih sehat dan bugar,
sehingga diharapkan dapat lebih berkonsentrasi dalam bekerja.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada,
didapatkan rumusan masalah adalah apakah
senam asma dapat meningkatkan Volume Oksigen Maksimal (VO2 maksimal)
pada paru-paru pekerja?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh senam asma dalam meningkatkan Volume Oksigen Maksimal (VO2 maksimal)
pada paru-paru pekerja.
D.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman penulis tentang pemberian senam asma serta pengalaman
penulis dalam hal tersebut, (2) bagi para pekerja memberitahukan manfaat besar
dari senam asma yang teratur terhadap kesehatan paru-paru dan kualitas hidup
mereka serta menunjukkan adanya peningkatan terhadap volume oksigen, (3) bagi institusi
dan masyarakat, senam asma dapat menjadi salah satu pilihan yang digunakan
untuk menambah kesehatan fisiologis paru-paru dan mendapat gambaran, besarnya
manfaat senam asma dalam meningkatkan total kadar oksigen dalam paru-paru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar