Dosis Terapi Dingin
Cold therapy adalah
pemanfaatan dingin untuk mengobati nyeri dan mengurangi gejala peradangan
lainnya. Istilah cryotherapy digunakan untuk penggunaan terapi dingin yang sangat
ekstrim, biasanya mengunakan cairan nitrogen yang digunakan sebagai anesthetic-analgesia (Swenson et al.,
1996:193). Pada terapi dingin, digunakan
modalitas terapi yang dapat menyerap suhu jaringan sehingga terjadi penurunan
suhu jaringan melewati mekanisme konduksi.
Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin,
lama terapi dan konduktivitas. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, lokal
cedera harus dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang mencukupi
(Bleakley et al., 2004:251).
Inti dari terapi dingin
adalah menyerap kalori area lokal cedera sehingga terjadi penurunan suhu.
Berkait dengan hal ini, jenis terapi dengan terapi es basah lebih efektif
menurunkan suhu dibandingkan es dalam kemasan
mengingat pada kondisi ini lebih banyak kalori tubuh yang dipergunakan
untuk mencairkan es (Ernst et al., 1994:56). Semakin lama waktu terapi,
penetrasi dingin semakin dalam. Pada umumnya terapi dingin pada suhu 3,5 °C
selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm dibawah kulit (Ernst
et al., 1994:56). Jaringan otot dengan kandungan air yang tinggi merupakan konduktor yang baik
sedangkan jaringan lemak merupakan isolator suhu sehingga menghambat penetrasi dingin (Ernst et al.,
1994:56).
Tabel
1. Efek Fisiologis dan Terapetis Terapi Dingin
Efek
Fisiologis Sistemik
|
Efek
Fisiologis Lokal
|
Efek
Terapetis
|
Vasokontriksi
Piloereksi
Menggigil
|
Vasokontriksi lokal
Desensitisasi akhiran
saraf bebas
Penururunan refill
kapiler
Penurunan metabolism
sel
|
Relaksasi otot
Menghambat
pertumbuhan
bakteri
Mencegah pembengkakan
Mengurangi nyeri
Mengurangi perdarahan
|
(Ernst et al., 1994:56)
Terapi dingin dapat
dipakai dalam beberapa moda, seperti penggunaan es dan cold baths. Aplikasi
dingin dapat mengurangi suhu daerah yang sakit, membatasi aliran darah dan
mencegah cairan masuk ke jaringan di sekitar luka. Hal ini akan mengurangi
nyeri dan pembengkakan. Aplikasi dingin dapat mengurangi sensitivitas dari
akhiran syaraf yang berakibat terjadinya peningkatan ambang batas rasa nyeri.
Aplikasi dingin juga akan mengurangi kerusakan jaringan dengan jalan mengurangi
metabolisme lokal sehingga kebutuhan oksigen jaringan menurun. Respon
neurohormonal terhadap terapi dingin adalah sebagai berikut :
·
Pelepasan endorphin
·
Penurunan transmisi saraf sensoris
·
Penurunan aktivitas badan sel saraf
·
Penurunan iritan yang merupakan limbah
metabolisme sel
·
Peningkatan ambang nyeri
Secara fisiologis, pada
15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10 °C) terjadi
vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi ini disebabkan
oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf
otonom dan pelepasan epinehrin dan norepinephrin. Walaupun demikian apabila
dingin tersebut terus diberikan selama 15 sampai dengan 30 menit akan timbul
fase vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4 sampai 6 menit (Hurme et
al., 1993:46). Periode ini dikenal sebagai respon hunting. Respon hunting
terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat dari jaringan
mengalami anoxia jaringan (Ernst et al., 1994:56).
Selain menimbulkan
vasokontriksi, sensasi dingin juga menurunkan eksitabilitas akhiran saraf bebas
sehingga menurunkan kepekaan terhadap rangsang nyeri. Aplikasi dingin juga
dapat mengurangi tingkat metabolisme sel sehingga limbah metabolisme menjadi
berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya dapat menurunkan spasme
otot.
Tabel
2. Respon Kulit Pada Aplikasi Dingin
Tahap
|
Waktu
Pemberian Aplikasi Dingin
|
Respon
|
1
|
0 – 3 menit
|
Sensasi dingin
|
2
|
2 – 7 menit
|
Rasa terbakar, Nyeri
|
3
|
5 – 12 Menit
|
Anestesi relatif
kulit
|
(Ernst et al., 1994:56)
Pada umumnya dingin lebih mudah
menembus jaringan dibandingkan dengan panas. Ketika otot sudah mengalami
penurunan suhu akibat aplikasi dingin, efek dingin dapat bertahan lebih lama
dibandingkan dengan panas karena adanya lemak subcutan yang bertindak sebagai
insulator. Di sisi lain lemak sub kutan merupakan barier utama energi dingin
untuk menembus otot. Pada individu dengan tebal lemak sub kutan setebal 2 cm,
energi dingin dapat menembus jaringan otot dalam waktu 10 menit (Ernst et al.,
1994:56).
Tabel
3. Efek Fisiologis Tubuh pada Terapi Dingin
Variabel
|
Efek
|
Spasme otot
|
Menurun
|
Persepsi Nyeri
|
Menurun
|
Aliran darah
|
Menurun sampai 10
menit pertama
|
Kecepatan metabolisme
|
Menurun
|
Elastisitas kolagen
|
Menurun
|
Kekakuan sendi
|
Meningkat
|
Permeabilitas kapiler
|
Meningkat
|
Pembengkakan
|
Dapat mengurangi
pembengkakan lanjut tapi relatif tidak menghentikan pembengkakan yang sudah
terjadi
|
(Konrath et al., 1996:629)
Untuk cedera akut,
terapi dingin sering digunakan bersama-sama dengan teknik pertolongan pertama
pada cedera yang disebut RICE (rest,
ice, compression and elevation). Teknik ini meliputi :
·
Mengistirahatkan bagian tubuh yang
cedera.
·
Memberikan es selama dua hari setelah
cedera untuk mencegah pembengkakan luka.
·
Mempergunakan kompresi elastis selama
dua hari untuk mencegah pembengkakan.
·
Berusaha agar bagian yang cedera
ada di atas letak jantung untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya pembengkakan.
Dalam perawatan nyeri
yang disebabkan karena cedera, terapi dingin dilakukan sampai pembengkakan
berkurang. Terapi dingin biasanya
digunakan pada 24 sampai 48 jam setelah terjadinya cedera dan dipakai untuk
mengurangi sakit dan pembengkakan. Panas selanjutnya digunakan dalam fase
rehabilitasi fase kronis (Hubbard et al., 2004:278).
INDIKASI
TERAPI DINGIN (COLD THERAPY)
Menurut Konrath et.al (1996:630) beberapa kondisi
yang dapat ditangani dengan cold therapy antara lain :
·
Cedera (sprain, strain dan kontusi) 6
·
Sakit kepala (migrain, tension headache
dan cluster headache).
·
Gangguan temporomandibular (TMJ
disorder).
·
Testicular dan scrotal pain.
·
Nyeri post operasi..
·
Fase akut arthritis (peradangan pada
sendi).
·
Tendinitis dan bursitis.
·
Carpal tunnel syndrome.
·
Nyeri lutut.
·
Nyeri sendi.
·
Nyeri perut. .
KONTRA
INDIKASI TERAPI DINGIN (COLD THERAPY)
Cold therapy sangat
mudah digunakan, cepat, efisien dan ekonomis. Akan tetapi terdapat beberapa
kondisi yang dapat dipicu oleh cold
therapy. Individu dengan riwayat gangguan tertentu memerlukan pengawasan yang ketat
pada terapi dingin. Beberapa kondisi tersebut diantaranya adalah :
·
Raynaud`s syndrom yang
merupakan kondisi dimana terdapat hambatan pada arteri terkecil yang
menyalurkan darah ke jari tangan dan kaki ketika terjadinya dingin atau emosi.
Pada keadaan ini timbul sianosis yanga pabila berlanjut dapat mengakibatkan
kerusakan anggota tubuh perifer (Swenson et al., 1996:193).
·
Vasculitis (peradangan pembuluh darah)
(Swenson et al., 1996:193).
·
Gangguan sensasi saraf misal neuropathy
akibat diabetes mellitus maupun leprosy. (Ernstet al., 1994:56)
·
Cryoglobulinemia yang merupakan kondisi
berkurangnya protein di dalam darah yang menyebabkan darah akan berubah menjadi gel
bila kena dingin (Hocutt, 1982:316).
·
Paroxysmal cold hemoglobinuria yang
merupakan suatu kejadian pembentukan antibodi yang merusak sel darah merah bila
tubuh dikenai dingin. (Hocutt, 1982:316)
RESIKO
TERAPI DINGIN (COLD THERAPY)
Bila terapi dingin dilakukan dalam jangka waktu yang
lama, hal ini akan menyebabkan :
·
Hypothermia yang merupakan suatu kondisi
medis dimana suhu tubuh menurun secara cepat dibawah suhu normal, sehinga
merusak metabolisme tubuh (Ernst et al., 1994:56).
·
Excema kulit dapat terjadi pada
pendinginan kulit selama 1 jam pada suhu 0° sd -9°C. Excema ini dapat bertahan
sampai dengan 24 jam (Bleakley et al., 2004:251).
·
Frostbite yang merupakan kondisi medis
dimana kulit dan jaringan tubuh rusak karena suhu dingin. Frostbite (rusakya
anggota tubuh perifer) dapat terjadi pada suhu -3° sd -4°C (Bleakley et al.,
2004:251).
JENIS
APLIKASI TERAPI DINGIN (COLD THERAPY)
Terapi dingin dapat
digunakan dalam beberapa cara. Pada cedera olahraga beberapa teknik yang sering
dipergunakan adalah es dan masase es, imersi air dan atau es, ice packs dan
vacpocoolant sprays, termasuk :
1.
Es dan Masase Es
a.
Peralatan
Pada terapi ini es dapat dikemas dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan membekukan es pada styrofoam. Pada penggunaannya ujung stryofoam dapat digunakan sebagai pegangan
pada saat dilakukan terapi. Es dalam pemakaiannya sebaiknya tidak kontak
langsung dengan kulit dan digunakan dengan perlindungan seperti dengan handuk.
Handuk juga diperlukan untuk mennyerap es yang mencair.
b.
Indikasi
Indikasi terapi es adalah pada bagian bagian otot
lokal seperti tendon, bursae maupun bagian bagian myofacial trigger point.
c.
Penggunaan
Es dapat digunakan langsung untuk memijat atau untuk memati-rasakan jaringan sebelum
terapi pijat. Masase es dapat memberikan dingin yang lebih efisien daripada cold packs atau metode lain yang menggunakan
terapi dingin. Terapi biasanya diberikan selama 10 sampai 20 menit (Swenson et
al., 1996:193).
2.
Ice packs.
a.
Peralatan
Pada prinsipnya ice packs merupakan kemasan yang
dapat menyimpan es dan membuat es tersebut dapat terjaga dalam waktu relatif
lama di luar freezer daripada kemasan plastik. 8 Alat ini tersedia di apotek
dan toko obat. Sebagian besar ice packs mengandung bahan kimia yang dapat
mempertahankan suhu dingin dalam jangka
waktu lama. Bahan kimia seperti isopropyl alkohol dapat ditambahkan denagn
rasio 2 :1 terhadap air untuk mencegah terjadinya pembekuan sehingga ketika
dipergunakan, ice packs dapat mengisi kontur tubuh. Terdapat dua jenis ice
packs yaitu yang berbahan gel hypoallergenic dan yang berisi cairan atau
kristal.
b.
Penggunaan
Pada umumnya
ice packs dapat dipergunakan selama 15 sampai 20 menit. Pada
kemasan ice packs yang berupa plastik,
diperlukan handuk untuk mengeringkan air kondensasi.
c. Indikasi
Sama dengan ice massage.
d. Perhatian khusus
Pengguna ice
packs lebih praktis akan tetapi apabila terjadi kebocoran kemasan dapat
menimbulkan bahaya iritasi kulit akibat bahan kimia yang dikandungnya (Swenson
et al., 1996:193).
3.
Vapocoolant spray.
a.
Peralatan
Vapocoolant spray merupakan semprotan yang biasanya
berisi fluoromethane atau ethyl chloride.
b.Indikasi
Vacoopolant spray sering digunakan untuk mengurangi
nyeri akibat spasme otot serta meningkatkan range of motion.
c.
Penggunaan
Untuk meningkatkan range of motion, terdapat
beberapa prosedur pemakaian yakni :
1. vapocoolant membentuk sudut 30° dengan kulit
dengan jarak 30 sampai 50 cm dari kulit
2. penyemprotan dilakukan dari arah proksimal ke
distal otot
3. kecepatan penyemprotan sekitar 10 cm per detik
dan dapat diulang sampai dengan 2-3 kali.
d.
Perhatian khusus
Penggunaan
vapocoolant harus dilakuakn sesuai
prosedur untuk menghindari frozen
bite (Swenson et al., 1996:193).
4.
Cold Baths / Water Immersion
a.
Peralatan
Cold baths
merupakan terapi mandi di dalam air dingin dalm jangka waktu maksimal 20 menit.
Peralatan yang dipergunakan tergantung bagian tubuh yang akan direndam. Pada
perendaman seluruh tubuh diperlukan tanki whirpool. Pada terapi ini aitr dan es
dicampur untuk mendpatkan suhu 10° sampai dengan 15° C.
b.
Indikasi
Terapi ini biasanya dilakukan untuk pemulihan paska
latihan maupun kompetisi
c.
Penggunaan
Penderita berendam di dalam air yang sudah
didinginkan. Proses ini berlangsung sekitar 10 sampai dengan 15 menit. Ketika
nyeri berkurang, terapi dihentikan dan dilanjutkan terapi lain seperti massage
atau stretching. Pada saat nyeri kembali dirasakan, dapat dilakukan perendaman
kembali. Dalam tiap sesi terapi, perendaman kembali dapat dilakukan sampai tiga
kali ulangan.
d.
Perhatian khusus :
Terapi dingin berpotensi untuk meningkatkan
penjendalan kolagen, konsekuensinya aktivitas fisik harus dilakukan secara
bertahap paska terapi dingin (Swenson et al., 1996:193)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar